Obat Herbal Diabetes Mellitus : Bawang Dayak - Bawang berlian terbukti secara empiris dan ilmiah membantu menurunkan kadar gula darah pasien diabetes mellitus. Kuncinya pada kandungan Eleutherinosidea A.
Sudarmadji (53 tahun) terkejut bukan kepalang. Ia merasa ada yang
aneh di wajahnya usai bangun tidur. Gerahamnya seperti bergeser ke kanan
alias pengo. “Seperti orang yang terkena serangan stroke,” ujar pria
asal Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur, itu. Ia menduga mulutnya
yang pengo itu akibat hipertensi. Namun, hasil diagnosis dokter membuat
ayah 10 anak itu mengernyitkan dahi. Pasalnya, tekanan darah pria yang
kerap memberikan ceramah agama itu justru normal, yakni 120/90 mmHg.
Hasil pemeriksaan kadar gula darah justru mengejutkan, mencapai 500
mg/dl, normal 200 mg/dl. Padahal, Sudarmadji tidak pernah mengeluhkan
gejala penyakit diabetes mellitus itu. Ia menduga diabetes itu akibat
kebiasaannya meminum es teh manis setiap kali sesudah makan. “Dalam
sehari saya bisa menghabiskan 4 gelas teh manis,” katanya.
Tiga fase
Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Prof Dr dr
Nyoman Kertia SpPD KR, mengatakan bahwa kadar gula darah 500 mg/dl tergolong sangat tinggi. “Jika dibiarkan berisiko fatal. Risiko
paling fatal dari diabetes pasien bisa koma dan meninggal,” katanya.
Namun, risiko itu tergantung daya tahan tubuh pasien. Pada beberapa
pasien, kadar gula darah 400 mg/dl dapat menyebabkan koma. “Ada juga
pasien yang tahan sehingga baru koma saat kadar gula darah 1.000
mg/dl,” ujarnya.
Menurut kepala Poliklinik Obat Tradisional Rumahsakit Umum Dokter
Soetomo di Surabaya, Jawa Timur, dr Arijanto Jonosewojo SpPD FINASIM,
gejala diabetes memang berbeda-beda tergantung fase penyakit yang sedang
dialami pasien. Pada diabetes terdapat 3 fase penyakit. Pertama fase
kompensasi, pasien mengalami gejala polifagi atau selalu merasa lapar
meski sudah makan banyak. Gejala lain polidipsi atau selalu merasa haus
dan poliuria alias sering berkemih.
Bila tidak segera diobati, pasien mengalami fase dekompensasi. Pada
fase itu pasien mengalami trias sindroma diabetes akut. Gejalanya,
selain mengalami polidipsi dan poliuri, bobot tubuh pasien juga turun.
Jika fase itu dibiarkan, pasien mengalami fase kronik dengan gejala
seperti tubuh lemas, sering kesemutan, penurunan kemampuan seksual,
gangguan penglihatan, otot kaku, dan sakit persendian.
Harus amputasi
Setelah mejalani pemeriksaan, Sudarmadji pulang membawa obat penurun
kadar gula darah dan antibiotik resep dokter. Ia mengonsumsi kedua obat
itu 3 kali sehari masing-masing 1 tablet. Namun, sepekan mengonsumsi
obat, kadar gula darah Sudarmadji masih tinggi. Suatu hari seorang
kerabat, Salmani, menyarankan agar Sudarmadji mengonsumsi umbi bawang
berlian Eleutherine americana.
Karena berharap sembuh, ia pun langsung menuruti saran kerabat. Ia
tak lagi menebus resep obat penurun gula darah yang sudah habis. “Saya
hanya menghabiskan obat antibiotik,” ujar Sudarmadji. Sejak itu,
September 2011, Sudarmadji hanya mengonsumsi 2 kapsul bawang dayak 3
kali sehari.
Setelah 1,5 bulan mengonsumsi, kondisi pengo mulut Sudarmadji
berangsur-angsur normal. Yang menggembirakan, kadar gula darah turun
signifikan menjadi 150 mg/dl. Kondisi tubuh yang membaik dan kadar gula
normal membuat Sudarmadji lupa daratan. Ia kembali minum es teh manis
setiap kali usai makan. Ia juga menghentikan konsumsi bawang dayak. Pada
September 2012 Sudarmadji mengalami kecelakaan sepeda motor sepulang
memberikan dakwah di suatu acara.
Akibat kecelakaan itu mata kaki sebelah kanan luka parah. “Kira-kira
(diameter luka) 5 cm,” ujarnya. Sudarmandji lalu berobat ke sebuah
rumahsakit di Balikpapan. Meski disiplin mengonsumsi obat selama dua
pekan, lukanya semakin melebar dan membusuk. Luka itu melebar hingga ke
dekat lutut dan beraroma kurang sedap. Sudarmadji pun kembali
memeriksakan diri ke dokter. Menurut dokter luka itu menyebar akibat
kadar gula darah tinggi, yakni 400 mg/dl.
Dokter menyarankan agar kaki kanan Sudarmadji diamputasi untuk
mencegah luka semakin meluas. Sudarmadji menolak cacat akibat kehilangan
kaki kanan. Ketika itulah ia teringat kejadian setahun silam saat
mengalami pengo akibat diabetes. Ayah 10 anak itu kembali mengonsumsi 2
kapsul bawang dayak 3 kali sehari. Sebulan kemudian, luka gangren itu
mengering. Saat memeriksakan diri ke dokter, ternyata gula darahnya
turun menjadi 160 mg/dl.
Stop obat
Dokter akhirnya membatalkan amputasi kaki Sudarmadji. Untuk mencegah
agar gula darahnya tak naik lagi, ia rutin mengonsumsi 1 kapsul bawang
berlian 3 kali sehari dan mengurangi konsumsi es teh manis. Menurut dr
Arijanto pasien diabetes memang harus menjaga gaya hidup dan mengatur
pola makan. Arijanto menganjurkan pasien diabetes makan enam kali
sehari: sarapan pukul 07.00, konsumsi makanan ringan (10.00), makan
siang siang (13.00), makanan ringan (14.00), makan malam (19.00), dan
makanan ringan (22.00).
“Namun, porsi makan hanya separuh dari porsi biasa dan mesti
diimbangi dengan olahraga,” ujar dokter alumnus Universitas Airlangga
itu. Menurut Arijanto dengan mangatur pola makan—porsi sedikit tapi
sering—meningkatkan metabolisme tubuh. Akibatnya tubuh langsung membakar
setiap kalori yang masuk. Hindari juga konsumsi karbohidrat sederhana
dan gorengan. “Kolesterol dan asam lemak bebas merangsang diabetes,”
ujarnya. Yang tak kalah penting adalah rajin olahraga untuk mengontrol
kadar gula darah.
Selain Sudarmadji, Rifwan Sutan Raja Bungsu di Desa Bojonggede,
Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, juga mengalami kisah
serupa. Dokter mendiagnosis ayah tiga anak itu menderita diabetes
mellitus pada 2003. Kadar gula darah Rifwan ketika itu mencapai 400
mg/dl. Kalau pun turun hanya 394 mg/dl.
Efek fatal akibat kadar gula darah tinggi terjadi pada awal 2013.
Ketika itu ia kecelakaan sepeda motor dalam perjalanan pulang dari
kantor akibat kantuk yang amat hebat. “Saya seperti tertidur saat
mengendarai motor,” ujarnya. Akibat kecelakaan itu telapak tangan kanan
Rifwan luka dan pergelangan tangan kiri patah. Menurut dr Arijanto,
salah satu gejala diabetes adalah mudah lelah dan mengantuk.
Terbukti mujarab
Beberapa bulan pascakecelakaan itu Rifwan membaca sebuah artikel
tentang faedah bawang berlian untuk membantu mengatasi diabetes. Pada
September 2012 ia mulai mengonsumsi 2 kapsul bawang sabrang 3 kali
sehari. Setelah mengonsumsi kapsul bawang sabrang selama 8 bulan, hingga
Juni 2013, kondisi tubuh pria asal Sumatra Barat itu membaik. “Tubuh
saya lebih segar dan tidak mudah mengantuk lagi,” katanya. Kadar gula
darah Rifwan pada 20 Juni 2013 sebagaimana tertera pada glukometer,
turun menjadi 234 mg/dl. “Padahal, sejam sebelum diperiksa saya minum
segelas kopi manis,” katanya.
Banyak penderita diabetes mellitus yang kondisinya kian membaik
setelah rutin mengonsumsi ekstrak bawang berlian. Sekadar menyebut
beberapa orang diabetesi yang terbantu adalah Welly Corneles di Manado,
Sulawesi Utara, Nur Hidayah (Palu, Sulawesi Tengah), dan Raini (Kota
Depok, Jawa Barat). Sebagai contoh kadar gula darah Welly semula
mencapai 713 mg/dl. Setelah mengonsumsi obat dokter, gula darah turun
menjadi 300 mg/dl. “Saya belum pernah lebih rendah daripada itu,” kata
penggemar meminum kopi itu. Kadar gula darahnya 165 mg/dl setelah ia
rutin konsumsi bawang berlian.
Mereka memiliki kesamaan, penderita diabetes dengan kadar gula
menjulang, dan akhirnya merengkuh kadar gula darah normal setelah rutin
mengonsumsi ekstrak bawang berlian. Sebuah kebetulan? Ternyata tidak,
sebab berbagai penelitian ilmiah membuktikan bahwa bawang berlian memang
manjur menurunkan kadar gula darah. Chairul Saleh dari Jurusan Kimia
Universitas Mulawarman, misalnya, menguji pada mencit jantan efek
hipoglikemik yang diberi larutan ekstrak bawang dayak dengan dosis
masing-masing 25 mg, 50 mg, dan 75 mg per kg bobot tubuh mencit. Hasil
penelitian menunjukkan pemberian ekstrak bawang tiwai pada berbagai
dosis berefek menurunkan kadar gula darah mencit.
Tingkat penurunan kadar gula darah paling tinggi pada kelompok mencit
yang mengonsumsi 50 mg ekstrak bawang berlian, yakni 39,11%. Penurunan
itu setara dengan efek konsumsi gibenklamid yang turun hingga 41,63%.
Sementara pada dosis 25 mg hanya mampu menurunkan kadar gula darah
35,65%.
Berdasarkan uji fitokimia, Chaerul Saleh menduga senyawa yang
berperan menurunkan kadar gula darah adalah senyawa metabolit sekunder
berupa flavonoid, triterpenoid, dan fenolik.
Hambat alfa-glukosidase
Periset lain, Islamudin Ahmad dan Yurika Sastyarina dari Fakultas
Farmasi Universitas Mulawarman, juga membuktikan keampuhan bawang
berlian sebagai antidiabetes mellitus. Mereka meneliti ekstrak metanol
bawang berlian dengan tiga metode: sokhlet, reflux, dan maserasi. Para
peneliti itu lantas memberikan hasil ekstrak kepada mencit diabetesi.
Hasil penelitian menunjukkan, tingkat penurunan kadar gula darah paling
tinggi adalah bawang berlian ekstraksi maserasi dan reflux masing-masing
62,2% dan 74,6%. Rata-rata penurunan gula darah terjadi pada menit
ke-90.
Bagaimana duduk perkara bawang berlian menurunkan kadar gula darah?
Berdasarkan hasil penelitian Maria DPT Gunawan Puteri dan rekan dari
Divisi Biosains, Universitas Hokkaido, Jepang, umbi anggota famili
Iridacecae itu menurunkan kadar gula darah dengan menghambat
alfa-glukosidase. Alfa-glukosidase merupakan enzim yang terdapat di
permukaan membran sel usus yang berperan memecah pati dan disakarida
menjadi glukosa.
Jika aktivitas alfa-glukosidase terhambat, penyerapan glukosa juga
terhambat sehingga kadar gula dalam darah juga berkurang. Senyawa yang
paling berperan adalah eleutherinoside A dengan nilai IC50
0,5 mM atau 5 mg/50 gram sampel terhambat. Artinya, cukup dengan dosis 5
mg, separuh sampel. Maria dan rekan juga membandingkan efek
penghambatan alfa-glukosidase bawang dayak dengan herbal lain yakni mara
atau lepi Macaranga tanarius, snake flower Bulbine frustescens, dan
sembung Blumea balsamifera.
Hasil penelitian menunjukkan senyawa aktif dari bawang dayak yakni
eleutherinoside A paling tokcer menghambat alfa-glukosidase dengan IC50 hanya 0,5 mM. Sementara IC50
senyawa aktif pada M. tanarius lebih tinggi yakni 0,55—1 mM. Senyawa
aktif B. balsamifera malah tidak berefek sama sekali. Pada penelitian
ini semakin rendah nilai IC50, maka semakin kuat daya
hambatnya terhadap pembentukan enzim alfa-glukosidase. Riset ilmiah dan
kisah mereka yang membaik setelah konsumi bawang berlian meneguhkan
bahwa tanaman asal Amerika Selatan itu secara empiris memang ampuh
membantu menurunkan kadar gula darah.
Andalan herbalis
Di tangan para herbalis bawang berlian juga menjadi andalan untuk
menurunkan kadar gula darah. Herbalis di Bogor, Jawa Barat, Valentina
Indrajati, memanfaatkan bawang berlian sebagai ramuan untuk diabetes.
“Saya tidak pernah meresepkan herbal dalam bentuk tunggal, pasti dalam
bentuk ramuan agar bekerja lebih optimal,” ujar herbalis yang kerap
mengajar yoga di Thailand itu. Ia mencampur 15 g serbuk bawang berlian
kering dengan 15 g daun kumiskucing, 10 g daun tapakdara, 10 g daun
dandanggendis, dan 10 g brotowali.
Untuk mengonsumsinya, rebus seluruh bahan dalam 5 gelas air hingga
tersisa setengahnya. Setelah dingin, minum air rebusan 3 kali sehari
masing-masing 1 gelas. Menurut Valentina dalam ramuan itu bawang berlian
berperan sebagai penurun kadar gula darah bersama tapakdara. Sementara
kumiskucing berperan sebagai antihipertensi. Penyakit tekanan darah
tinggi biasanya kerap menyertai diabetes. Dandanggendis berperan
mencegah peradangan atau antiinflamasi. Untuk meredakan rasa nyeri jika
terjadi peradangan yang mungkin dialami pasien diabetes diatasi dengan
brotowali.
“Untuk membantu mengatasi diabetes bisa dikonsumsi tunggal atau
dalam bentuk ramuan,” kata herbalis di Yogyakarta, Lina Mardiana, yang
juga meresepkan bawang berlian. Lina mencampur 7 siung bawang dayak yang
diiris atau dimemarkan dengan 7 lembar daun salam segar. Rebus seluruh
bahan dalam 6 gelas air hingga tersisa 3 gelas. Setelah dingin minum air
rebusan 3 kali sehari masing-masing 1 gelas. Menurut Lina bawang dayak
berperan menekan gula darah, sementara daun salam meningkatkan daya
tahan tubuh.
Dengan bukti ilmiah dan khasiat tokcer itu pantas bila jumlah pasien
yang mengonsumsi bawang dayak semakin banyak. Itu terlihat dari
meningkatnya jumlah permintaan bawang dayak yang mengalir kepada para
produsen. Ali Rahman yang mengebunkan bawang berlian di Petir, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat, kini mampu menjual 50 kg umbi per bulan. Ia juga
memperluas areal tanam dari semula hanya 400 m2, kini menjadi 1.000 m2. Padahal, semula ia hanya menjual 10—20 kg bawang berlian segar per bulan.
Produsen kapsul bawang dayak di Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat, Ir
Karjono, hanya butuh waktu 7 bulan untuk mendongkrak penjualan hingga
500 botol per bulan. “Permintaan paling banyak untuk membantu mengatasi
diabetes dan hipertensi,” ujarnya. Distributor herbal di Yogyakarta,
Asianto, juga mengalami peningkatan permintaan dari semula hanya menjual
5 botol kapsul bawang dayak per bulan, meningkat menjadi 15 botor per
bulan.
Begitu juga Yosef Nugroho, produsen di Surabaya, Jawa Timur. Dalam
sebulan ia menjual 50 kg bawang dayak segar dan 30 botol kapsul.
“Penjualan meningkat 20% dibandingkan dengan sebelumnya,” ujarnya. Di
Palu, Sulawesi Tengah, Nur Hidayah terpaksa menaikkan harga bawang dayak
segar dari Rp75.000 menjadi Rp100.000 per kg sejak Januari 2013.
“Jumlah produksi terbatas. Saya hanya mampu memproduksi 20—30 kg per
bulan,” katanya. Banyak pasien yang membuktikan keampuhan bawang berlian
itu tetap menjaga kadar gula darah dengan rutin konsumsi umbi merah
itu. (Imam Wiguna/Peliput: Bondan Setyawan, Lutfi Kurniawan, Pressi Hapsari, Rizky Fadhilah)
sumber : Trubus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar